PERKEMBANGAN SAPI PERAH
¨ Domestikasi Sapi
¨ Perkembangan Sapi Perah di Indonesia
¨ Perkembangan
Koperasi Peternakan Sapi Perah
Pendahuluan
Ternak perah adalah ternak yang
menghasilkan susu melebihi kebutuhan anak-anaknya. Produksi susu tersebut dapat
dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun
anak-anaknya sudah disapih atau tidak disusui lagi. Dengan demikian, susu yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Ternak perah merupakan ternak
yang mempunyai fungsi prinsip sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan
sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar susu merupakan makanan yang secara
alami paling sempurna, karena merupakan sumber utama protein, kalsium, fospor,
dan vitamin. Kuantitas dan kualitas susu berbeda antarspesies dan bangsa.
Demikian juga antarbangsa dalam spesies yang sama mempunyai karakteristik
masing-masing, baik dalam besar dan postur tubuh, warna bulu, sifat produksi,
reproduksi dan ciri-ciri lainnya, sehingga nampak jelas perbedaannya.
Diantara ternak perah, sapi
perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah
lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi bagi
manusia, selama ini yang kita kenal di Indonesia ternak penghasil susu adalah
sapi perah.
Menurut
keputusan Menteri Pertanian No 422/Kpst/05.210/7/2001 sapi
perah adalah ternak dan bibit sapi yang
dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu.
Di Indonesia, orang yang mengawali minum susu ialah
orang-orang asing. Kebanyakan merka adalah orang-orang belanda, arab, dan
india. Mereka lebih dahulu mengenal dan mengetahui akan menfaat susu kambing
dan sapi.
Setelah mengetahui dan
merasakan, maka orang Indonesia ikut pula menyukainya, apalagi mereka
mengetahui rasa susu sapi itu rasanya sangat lezat,mudah di cerna dan
mengandung gizi yang cukup tinggi. Bukan hanya orang kota tetapi orang desapun
sangat menyukai susu sapi. Bahkan sekarang konsumsi susu sapi telah merata
diseluruh pelosok kota dan desa.
Domestikasi
Sapi termasuk golongan hewan ke dua dalam urutan domestikasi setelah
anjing, dan kemungkinan domestikasi terjadi di Eropa atau Asia pada zaman batu.
Berdasarkan tempat hidup dan perkembangannya ada dua macam sapi yang termasuk
jenis Bos Taurus (berada di daerah
beriklim sedang di Eropa) dan Bos Indicus
(berada didaerah beriklim Tropis). Sejak zaman purba orang-orang primitif telah
menggunakan sapi sebagai sumber makanan dengan cara diburu. Domestikasi mungkin
dimulai sejak hewan ini dipakai sebagai tenaga penarik dan mungkin pula sejak
permulaan jaman pengolahan tanah. Pada keadaan liar kecenderungan hewan ini
hanya sedikit menimbun lemak tubuhnya, karena akan menghambat kehidupan liarnya
dan produksi susu hanya cukup untuk menghidupi anaknya. Sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia makanan yang berasal dari ternak harus menjadi
lebih baik. Karena itu dilakukan segala upaya melalui seleksi yang memungkinkan
untuk mempercepat perbesaran hewan, penimbunan lemak tubuh dan meningkatkan
produksi susu.
Belum diketahui dengan pasti kapan Sapi perah mulai dipelihara oleh
manusia untuk pertama kali.
Terdapat 3 (tiga) daerah yang pertama kali
memerah sapi perah yaitu:
a. Mesopotamia
ditunjukkan dengan adanya sisa gambar pahatan yang ditinggalkan oleh bangsa
Sumeria pada reruntuhan candi di daerah Uhr, yaitu kira-kira 3.000 tahun
sebelum masehi, pahatannya menunjukkan gambar Sapi kecil. Sapi tersebut dengan
tanduk kecil dan ambing yang kecil pula. Sapi kecil itu diperah dari bagian
belakangnya di mana anaknya disimpan di muka sebagai perangsang agar air
susunya keluar. Cara ini sekarang masih dikerjakan di daerah Afrika. Kemudian
bangsa Sumeria ini dikenal sebagai bangsa yang pertama kali membuat mentega.
b. Mesir,
bangsa Mesir purba menganggap sapi sebagai hewan yang keramat. Mereka mengenal
ternak sapi kira-kira 3.000 tahun sebelum masehi. Dari gambar/pahatannya,
mereka mengenal air susu, mentega, keju dan cara pemerahannya menyerupai dengan
bangsa Sumeria. Pada waktu itu sudah dikenal sapi perah dalam 3 (tiga)
breed/bangsa/rumpun, yaitu:
1.
Sapi yang tidak bertanduk
2.
Sapi yang bertanduk pendek
3.
Sapi yang bertanduk panjang
c. India,
orang mengenal sapi perah kira-kira 2.000 tahun sebelum masehi untuk diambil
air susunya dan dibuat mentega. Sampai sekarang oleh bangsa India dianggap
sebagai ternak suci.
Bangsa-bangsa lainnya yang telah mengenal air susu antara lain: bangsa
Yunani (Greek) mengenal air susu pada tahun 1550 sebelum masehi dan air susu
yang diperah adalah dari ternak kambing. Bangsa Romawi pada tahun 750 sebelum
masehi air susu berasal dari ternak biri-biri. Bangsa Greek dan bangsa Italia
telah mengenal air susu dan keju yang merupakan bagian makanan terpenting yang
dibuat dari ternak kambing dan biri-biri, sedangkan mereka sedikit sekali
mengenal air susu dari sapi. Bangsa-bangsa tersebut juga mengenal bahwa dari
mentega dapat dibuat sebagai obat-obatan seperti salep dan lain-lain. Kemudian
pada permulaan tahun masehi air susu dan keju mulai dikenal di Eropa sebagai
makanan, terutama di daerah Perancis, Belanda, Swiss dan Norwegia.
Agaknya
orang primitif sejak zaman purba telah menggunakan familia bovidae sebagai sumber makanan. Domestikasi
mungkin sekali dimulai sejak hewan ini
dipakai sebagai tenaga penarik dan mungkin pula sejak permulaan zaman pengolahan tanah.
Dalam
keadaan liar ada kecenderungan hewan ini hanya sedikit menimbun lemak badannya,
karena bila tidak maka akan menghambat dalam kehidupan liarnya. Hewan yang
gemuk gerakannya lamban dan mudah ditangkap. Produksi susu hanya cukup untuk
menghidupi anaknya saja.
Dengan
adanya perkembangan peradaban maka makanan ternak menjadi lebih balk lagi. Atas
usaha dan daya upaya manusia yakni dengan melalui seleksi akan memungkinkan
untuk mempercepat pembesaran hewan, penimbunan lemak badan, meningkatkan
produksi air susu, yang sebelumnya merupakan
protein hewan.
Perkembangan Sapi Perah di Indonesia
Pemerahan susu di Indonesia dimulai sejak, abad ke 17 yakni bersamaan
dengan masuknya Belanda ke Indonesia. Pada saat itulah didatangkan sapi-sapi
perah ke Indonesia guna memenuhi kebutuhan susu. Pada abad 19 kebutuhan susu
semakin meningkat sehingga tak mencukupi lagi, maka pada saat itu juga
didatangkan sapi-sapi perah dari Australia dan Eropa pada abad ke 20, oleh
pemerintah diusahakan bibit-bibit sapi perah yang diternakkan di daerah
pegunungan. Tetapi pada saat itu sebagian besar para konsumen berada di
kota-kota sehingga sapi-sapi itu pun umumnya dipelihara di pinggiran kota-kota
besar saja. Sampai saat ini pun perkembangan sapi perah semakin meningkat,
membaik dan meluas. Konsumen bukan lagi terbatas di kota terbesar, melainkan
sudah meluas pada kota-kota kecil dan bahkan sampai dipelosok-pelosok.
Hal ini terbukti adanya jalur-jalur produsen dan konsumen air susu
seperti:
Jalur
susu di Jawa Barat
a. Kuningan-Cirebon
b. Pangalengan-Lembang-Bandung-Cianjur-Sukabumi-Bogor
Jakarta.
Jalur-susu
di Jawa Tengah
a. Boyolali-Solo-Yogyakarta
b.
Temanggung-Magelang-Ungaran-Semarang.
Jalur
Susu di jawa Timur
Pasuruan
(Grati)-Malang-Surabaya.
Sapi
perah yang dipelihara dewasa ini di Indonesia pada umumnya adalah Fries
Holland. Sapi perah ini berkembang biak pada mulanya di provinsi Fries Negeri
Belanda. Diantara jenis sapi perah yang ada, Holstein mempunyai kemampuan
berproduksi susu tertinggi. Oleh karena itulah dahulunya banyak negara
mengimpor sehingga dewasa ini sapi perah holstein telah hampir ke seluruh
dunia:
Sapi perah Holstein mulai
masuk ke Indonesia pada zaman Hindu Belanda dahulu. Tepatnya pada tahun 1891-1892 mulai didatangkan sapi jantan
Holstein ke daerah Pasuruan, Jawa Timur. Pejantan-pejantan ini digunakan untuk
meningkatkan kualitas sapisapi setempat ke arah sapi perah (grading-up). Sejak tahun 1900 di daerah Lembang, Jawa Barat,
telah terdapat peternakan sapi perah yang memelihara Holstein. Di daerah ini
sapi perah menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat. Pada abad 20 telah dilakukan lagi impor sapii
perah FH untuk lebih mengembangkan sapi perah di Indonesia. Pada tahun 1939 didatangkan 22 ekor pejantan FH dari Negeri
Belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuruan. Di daerah ini sebelumnya
telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire, dan Jersey yang
didatangkan dari Australia.
Perkawainan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah
menghasilkan sapi perah bangsa baru yang dikenal dengan sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan
internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah
Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter
per hari. Namun karena tidak ada pembinaan selama ini, kemampuan
produksi susunya mengalami penurunan. Tidak hanya kemampuan produksi susu yang
mengalami penurunan tetapi juga populasinya tidak berkembang. Sapi perah Grati
hanya terdapat di daerah-daerah Pasuruan, Pujon, Nongkojajar dan Batu dengan
jumlah populasi yang sangat sedikit. Sekitar tahun 1957 diimpor sapi perah Red Danish dari Denmark. Karena sapi perah
ini tidak disukai oleh peternak, populasi tidak mengalami perkembangan. Pada
tahun 1962 didatangkan lagi sapi
perah FH dari Denmark. Kemudian tahun 1964
didatangkan sapi perah FH dari Negeri Belanda sebanyak 1.354 ekor. Impor sapi perah yang telah dilakukan belum memadai
untuk memenuhi permintaan susu yang terus menerus meningkat dari tahun ke
tahun.
Oleh
karena itu pada tahun 1979 didatangkan lagi sapi perah FH dari Australia dan
Selandia Baru. Selama periode tahun 1979-1984, jumlah sapi perah yang telah
diimpor telah mencapai 67.000 ekor. Kemudian tahun 1988 didatangkan lagi sapi
perah FH dari Amerika Serikat dan Selandia Baru dan disebarkan di Pulau Jawa.
Semenjak
tersebarnya sapi perah FH di beberapa daerah di Indonesia, dan khususnya di
pulau Jawa, telah terjadi perkawinan yang tidak terencana dengan sapi-sapi
setempat. Turunannya dikenal dengan sapi perah peranakan FH. Berlainan dengan
sapi perah Grati, sapi perah peranakan FH tidak merupakan bangsa baru akan
tetapi hanyalah merupakan suatu hasil perkawinan yang tidak direncanakan.
Jumlah populasi sapi perah peranakan FH sekarang ini disebabkan sudah banyaknya
sapi eks impor dan turunannya, dan telah intensifnya inseminasi buatan. Oleh
karena produksi susu rata-rata sapi perah peranakan FH dibandingkan dengan sapi
perah eks impor maupun turunannya adalah lebih rendah, banyak sapi perah
peranakan FH yang diperjualbelikan sebagai ternak potong. Dengan demikian sapi
perah yang dipelihara di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah FH
eks impor dan turunannya. Turunan sapi perah FH eks impor dikenal dengan sapi
perah FH lokal.
Sapi perah FH (eks impor maupun lokal) tersebar terutama di pulau Jawa,
hanya sebagian kecil yang terdapat di luar Jawa. Populasi sapi perah di
Indonesia pada tahun 1987 berjumlah 232.500 ekor, dan 220.831 ekor atau 95%
dari populasi tersebut terdapat di pulau Jawa. Sedangkan populasi sapi perah
yang terdapat di Pulau Jawa tersebar di daerah-daerah Jawa Timur 38,5%, Jawa
Barat 31,5%, Jawa Tengah termasuk Yogyakarta 27,7% dan DKI Jakarta 2,3%. Sapi
perah yang terdapat di Jawa Timur tersebut terutama di daerah Nongkojajar,
Pujon, Batu dan Pasuruan. Di Jawa Tengah sapi perah terutama terkonsentrasi di
daerah-daerah Boyolali, Ungaran, Salatiga, dan Solo. Sedangkan di Jawa Barat
terkonsentrasi di daerah-daerah Pangalengan, Lembang, Kabupaten Bandung, Bogor
dan Sukabumi. Sapi perah yang terdapat di DKI Jakarta sebenarnya sudah tak
dapat dipertahankan lagi dalam jangka panjang. Hal ini sebabkan telah
berkembangnya Jakarta Raya sebagai Kota Metropolitan. Pemindahan lokasi
pemeliharaan sapi perah dari DKI Jakarta ke daerah lain yang lebih sesuai sudah
direncanakan beberapa tahun yang lalu.
Perkembangan Koperasi
Peternakan Sapi Perah
1.
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS). Th
1948 para petani sayur mayur telah memelihara saper keturunan FH untuk
mendapatkan pupuk kandang dan susu.
2.
Untuk memasarkan susu mereka mendirikan koperasi
dgn nama Gabungan Perusahaan Susu Indonesia Pangalengan (GABSIP). Th 1963-1968
koperasi tsb runtuh/bubar.
3.
Th 1967 didirikan koperasi dgn nama Koperasi
Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, th 1979 berbadan Hukum No. 4353A/BK/DK-10/20.
4.
Koperasi
Peternakan dan Pemerahan susu SAE (Sinau Andadani Ekonomi) Pujon th 1962. th
1983 berbadan Hukum No. 2879/BH/11/12-67.
5.
Koperasi Peternakan Lembu Perah (KPLP) “Setia
Kawan”, didirikan th 1967 di Nongkojajar, kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.
Th 1978 menjadi badan hukum No.4077/BH/II/78.
bagaimana perkembangan sapi perah di indonesia?
ReplyDeleteperkembangan sapi perah di indonesia sangat pesat untuk saat ini ka,
ReplyDeletehal itu dikarenakan semakin meningkatnya permintaan konsumen.