SELAMAT DATANG DI BLOG AHLISARAGIH

Friday, June 5, 2015

perkembangan sapi perah




PERKEMBANGAN SAPI PERAH
¨  Domestikasi Sapi
¨  Perkembangan Sapi Perah di Indonesia
¨  Perkembangan Koperasi Peternakan Sapi Perah
Pendahuluan
Ternak perah adalah ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan anak-anaknya. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau tidak disusui lagi. Dengan demikian, susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar susu merupakan makanan yang secara alami paling sempurna, karena merupakan sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin. Kuantitas dan kualitas susu berbeda antarspesies dan bangsa. Demikian juga antarbangsa dalam spesies yang sama mempunyai karakteristik masing-masing, baik dalam besar dan postur tubuh, warna bulu, sifat produksi, reproduksi dan ciri-ciri lainnya, sehingga nampak jelas perbedaannya.
Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontri­businya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia, selama ini yang kita kenal di Indonesia ternak penghasil susu adalah sapi perah.
Menurut keputusan Menteri Pertanian No 422/Kpst/05.210/7/2001 sapi perah adalah ternak dan bibit sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu.
Di Indonesia, orang yang mengawali minum susu ialah orang-orang asing. Kebanyakan merka adalah orang-orang belanda, arab, dan india. Mereka lebih dahulu mengenal dan mengetahui akan menfaat susu kambing dan sapi.
Setelah mengetahui dan merasakan, maka orang Indonesia ikut pula menyukainya, apalagi mereka mengetahui rasa susu sapi itu rasanya sangat lezat,mudah di cerna dan mengandung gizi yang cukup tinggi. Bukan hanya orang kota tetapi orang desapun sangat menyukai susu sapi. Bahkan sekarang konsumsi susu sapi telah merata diseluruh pelosok kota dan desa.
Domestikasi
Sapi termasuk golongan hewan ke dua dalam urutan domestikasi setelah anjing, dan kemungkinan domestikasi terjadi di Eropa atau Asia pada zaman batu. Berdasarkan tempat hidup dan perkembangannya ada dua macam sapi yang termasuk jenis Bos Taurus (berada di daerah beriklim sedang di Eropa) dan Bos Indicus (berada didaerah beriklim Tropis). Sejak zaman purba orang-orang primitif telah menggunakan sapi sebagai sumber makanan dengan cara diburu. Domestikasi mungkin dimulai sejak hewan ini dipakai sebagai tenaga penarik dan mungkin pula sejak permulaan jaman pengolahan tanah. Pada keadaan liar kecenderungan hewan ini hanya sedikit menimbun lemak tubuhnya, karena akan menghambat kehidupan liarnya dan produksi susu hanya cukup untuk menghidupi anaknya. Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia makanan yang berasal dari ternak harus menjadi lebih baik. Karena itu dilakukan segala upaya melalui seleksi yang memungkinkan untuk mempercepat perbesaran hewan, penimbunan lemak tubuh dan meningkatkan produksi susu.
Belum diketahui dengan pasti kapan Sapi perah mulai dipelihara oleh manusia untuk pertama kali.
Terdapat 3 (tiga) daerah yang pertama kali memerah sapi perah yaitu:
a. Mesopotamia ditunjukkan dengan adanya sisa gambar pahatan yang ditinggalkan oleh bangsa Sumeria pada reruntuhan candi di daerah Uhr, yaitu kira-kira 3.000 tahun sebelum masehi, pahatannya menunjukkan gambar Sapi kecil. Sapi tersebut dengan tanduk kecil dan ambing yang kecil pula. Sapi kecil itu diperah dari bagian belakangnya di mana anaknya disimpan di muka sebagai perangsang agar air susunya keluar. Cara ini sekarang masih dikerjakan di daerah Afrika. Kemudian bangsa Sumeria ini dikenal sebagai bangsa yang pertama kali membuat mentega.
b. Mesir, bangsa Mesir purba menganggap sapi sebagai hewan yang keramat. Mereka mengenal ternak sapi kira-kira 3.000 tahun sebelum masehi. Dari gambar/pahatannya, mereka mengenal air susu, mentega, keju dan cara pemerahannya menyerupai dengan bangsa Sumeria. Pada waktu itu sudah dikenal sapi perah dalam 3 (tiga) breed/bangsa/rumpun, yaitu:
1. Sapi yang tidak bertanduk
2. Sapi yang bertanduk pendek
3. Sapi yang bertanduk panjang
c. India, orang mengenal sapi perah kira-kira 2.000 tahun sebelum masehi untuk diambil air susunya dan dibuat mentega. Sampai sekarang oleh bangsa India dianggap sebagai ternak suci.
Bangsa-bangsa lainnya yang telah mengenal air susu antara lain: bangsa Yunani (Greek) mengenal air susu pada tahun 1550 sebelum masehi dan air susu yang diperah adalah dari ternak kambing. Bangsa Romawi pada tahun 750 sebelum masehi air susu berasal dari ternak biri-biri. Bangsa Greek dan bangsa Italia telah mengenal air susu dan keju yang merupakan bagian makanan terpenting yang dibuat dari ternak kambing dan biri-biri, sedangkan mereka sedikit sekali mengenal air susu dari sapi. Bangsa-bangsa tersebut juga mengenal bahwa dari mentega dapat dibuat sebagai obat-obatan seperti salep dan lain-lain. Kemudian pada permulaan tahun masehi air susu dan keju mulai dikenal di Eropa sebagai makanan, terutama di daerah Perancis, Belanda, Swiss dan Norwegia.
Agaknya orang primitif sejak zaman purba telah menggunakan familia bovidae sebagai sumber makanan. Domestikasi mungkin sekali dimulai sejak hewan ini dipakai sebagai tenaga penarik dan mungkin pula sejak permulaan zaman pengolahan tanah.
Dalam keadaan liar ada kecenderungan hewan ini hanya sedikit menimbun lemak badannya, karena bila tidak maka akan menghambat dalam kehidupan liarnya. Hewan yang gemuk gerakannya lamban dan mudah ditangkap. Produksi susu hanya cukup untuk menghidupi anaknya saja.
Dengan adanya perkembangan peradaban maka makanan ternak menjadi lebih balk lagi. Atas usaha dan daya upaya manusia yakni dengan melalui seleksi akan memungkinkan untuk mempercepat pembesaran hewan, penimbunan lemak badan, meningkatkan produksi air susu, yang sebelumnya merupakan protein hewan.
Perkembangan Sapi Perah di Indonesia
Pemerahan susu di Indonesia dimulai sejak, abad ke 17 yakni bersamaan dengan masuknya Belanda ke Indonesia. Pada saat itulah didatangkan sapi-sapi perah ke Indonesia guna memenuhi kebutuhan susu. Pada abad 19 kebutuhan susu semakin meningkat sehingga tak mencukupi lagi, maka pada saat itu juga didatangkan sapi-sapi perah dari Australia dan Eropa pada abad ke 20, oleh pemerintah diusahakan bibit-bibit sapi perah yang diternakkan di daerah pegunungan. Tetapi pada saat itu sebagian besar para konsumen berada di kota-kota sehingga sapi-sapi itu pun umumnya dipelihara di pinggiran kota-kota besar saja. Sampai saat ini pun perkembangan sapi perah semakin meningkat, membaik dan meluas. Konsumen bukan lagi terbatas di kota terbesar, melainkan sudah meluas pada kota-kota kecil dan bahkan sampai dipelosok-pelosok.
Hal ini terbukti adanya jalur-jalur produsen dan konsumen air susu seperti:
Jalur susu di Jawa Barat
a. Kuningan-Cirebon
b. Pangalengan-Lembang-Bandung-Cianjur-Sukabumi-Bogor Jakarta.
Jalur-susu di Jawa Tengah
a. Boyolali-Solo-Yogyakarta
b. Temanggung-Magelang-Ungaran-Semarang.
Jalur Susu di jawa Timur
Pasuruan (Grati)-Malang-Surabaya.
Sapi perah yang dipelihara dewasa ini di Indonesia pada umumnya adalah Fries Holland. Sapi perah ini berkembang biak pada mulanya di provinsi Fries Negeri Belanda. Diantara jenis sapi perah yang ada, Holstein mempunyai kemampuan berproduksi susu tertinggi. Oleh karena itulah dahulunya banyak negara mengimpor sehingga dewasa ini sapi perah holstein telah hampir ke seluruh dunia:
Sapi perah Holstein mulai masuk ke Indonesia pada zaman Hindu Belanda dahulu. Tepatnya pada tahun 1891-1892 mulai didatangkan sapi jantan Holstein ke daerah Pasuruan, Jawa Timur. Pejantan-pejantan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas sapi­sapi setempat ke arah sapi perah (grading-up). Sejak tahun 1900 di daerah Lembang, Jawa Barat, telah terdapat peternakan sapi perah yang memelihara Holstein. Di daerah ini sapi perah menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat. Pada abad 20 telah dilakukan lagi impor sapii perah FH untuk lebih mengembangkan sapi perah di Indonesia. Pada tahun 1939 didatangkan 22 ekor pejantan FH dari Negeri Belanda dan ditempatkan di daerah Grati, Pasuruan. Di daerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking Shorthon, Ayrshire, dan Jersey yang didatangkan dari Australia.
Perkawainan sapi-sapi perah tersebut dengan sapi-sapi setempat telah menghasilkan sapi perah bangsa baru yang dikenal dengan sapi perah Grati. Sapi perah ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai bangsa sapi perah di Indonesia. Pada mulanya sapi perah Grati mampu berproduksi susu rata-rata 15 liter per hari. Namun karena tidak ada pembinaan selama ini, kemampuan produksi susunya mengalami penurunan. Tidak hanya kemampuan produksi susu yang mengalami penurunan tetapi juga populasinya tidak berkembang. Sapi perah Grati hanya terdapat di daerah-daerah Pasuruan, Pujon, Nongkojajar dan Batu dengan jumlah populasi yang sangat sedikit. Sekitar tahun 1957 diimpor sapi perah Red Danish dari Denmark. Karena sapi perah ini tidak disukai oleh peternak, populasi tidak mengalami perkembangan. Pada tahun 1962 didatangkan lagi sapi perah FH dari Denmark. Kemudian tahun 1964 didatangkan sapi perah FH dari Negeri Belanda sebanyak 1.354 ekor. Impor sapi perah yang telah dilakukan belum memadai untuk memenuhi permintaan susu yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu pada tahun 1979 didatangkan lagi sapi perah FH dari Australia dan Selandia Baru. Selama periode tahun 1979-1984, jumlah sapi perah yang telah diimpor telah mencapai 67.000 ekor. Kemudian tahun 1988 didatangkan lagi sapi perah FH dari Amerika Serikat dan Selandia Baru dan disebarkan di Pulau Jawa.
Semenjak tersebarnya sapi perah FH di beberapa daerah di Indonesia, dan khususnya di pulau Jawa, telah terjadi perkawinan yang tidak terencana dengan sapi-sapi setempat. Turunan­nya dikenal dengan sapi perah peranakan FH. Berlainan dengan sapi perah Grati, sapi perah peranakan FH tidak merupakan bangsa baru akan tetapi hanyalah merupakan suatu hasil perkawinan yang tidak direncanakan. Jumlah populasi sapi perah peranakan FH sekarang ini disebabkan sudah banyaknya sapi eks impor dan turunannya, dan telah intensifnya inseminasi buatan. Oleh karena produksi susu rata-rata sapi perah peranakan FH dibandingkan dengan sapi perah eks impor maupun turunannya adalah lebih rendah, banyak sapi perah peranakan FH yang diperjualbelikan sebagai ternak potong. Dengan demikian sapi perah yang dipelihara di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah FH eks impor dan turunannya. Turunan sapi perah FH eks impor dikenal dengan sapi perah FH lokal.
Sapi perah FH (eks impor maupun lokal) tersebar terutama di pulau Jawa, hanya sebagian kecil yang terdapat di luar Jawa. Populasi sapi perah di Indonesia pada tahun 1987 berjumlah 232.500 ekor, dan 220.831 ekor atau 95% dari populasi tersebut terdapat di pulau Jawa. Sedangkan populasi sapi perah yang terdapat di Pulau Jawa tersebar di daerah-daerah Jawa Timur 38,5%, Jawa Barat 31,5%, Jawa Tengah termasuk Yogyakarta 27,7% dan DKI Jakarta 2,3%. Sapi perah yang terdapat di Jawa Timur tersebut terutama di daerah Nongkojajar, Pujon, Batu dan Pasuruan. Di Jawa Tengah sapi perah terutama terkonsentrasi di daerah-daerah Boyolali, Ungaran, Salatiga, dan Solo. Sedangkan di Jawa Barat terkonsentrasi di daerah-daerah Pangalengan, Lembang, Kabupaten Bandung, Bogor dan Sukabumi. Sapi perah yang terdapat di DKI Jakarta sebenarnya sudah tak dapat dipertahankan lagi dalam jangka panjang. Hal ini sebabkan telah berkembangnya Jakarta Raya sebagai Kota Metropolitan. Pemindahan lokasi pemeliharaan sapi perah dari DKI Jakarta ke daerah lain yang lebih sesuai sudah direncanakan beberapa tahun yang lalu.
Perkembangan Koperasi Peternakan Sapi Perah
1.    Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS). Th 1948 para petani sayur mayur telah memelihara saper keturunan FH untuk mendapatkan pupuk kandang dan susu.
2.    Untuk memasarkan susu mereka mendirikan koperasi dgn nama Gabungan Perusahaan Susu Indonesia Pangalengan (GABSIP). Th 1963-1968 koperasi tsb runtuh/bubar.
3.    Th 1967 didirikan koperasi dgn nama Koperasi Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, th 1979 berbadan Hukum  No. 4353A/BK/DK-10/20.
4.     Koperasi Peternakan dan Pemerahan susu SAE (Sinau Andadani Ekonomi) Pujon th 1962. th 1983 berbadan Hukum No. 2879/BH/11/12-67.
5.    Koperasi Peternakan Lembu Perah (KPLP) “Setia Kawan”, didirikan th 1967 di Nongkojajar, kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Th 1978 menjadi badan hukum No.4077/BH/II/78.

2 comments:

  1. bagaimana perkembangan sapi perah di indonesia?

    ReplyDelete
  2. perkembangan sapi perah di indonesia sangat pesat untuk saat ini ka,

    hal itu dikarenakan semakin meningkatnya permintaan konsumen.

    ReplyDelete