SIKLUS REPRODUKSI
Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus
reproduksi. Hewan betina harus menghasilkan ovum yang hidup dan diovulasikan pada waktu yang
tepat. Ia harus memperlihatkan estrus (berahi atau keinginan untuk kawin) dekat waktu
ovulasi sehingga kemungkinan penyatuan sel kelamin jantan dengan sel telur dan
kemungkinan pembuahan
dapat dipertinggi. Ia harus menyediakan
lingkungan intra-uterin yang sesuai untuk konseptus sejak pembuahan sampai partus,
demikian pula lingkungan yang balk untuk anaknya sejak lahir sampai waktu disapih.
Pubertas
(dewasa kelamin)
Pubertas dapat didefinisikan
sebagai umur atau waktu di mana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
perkembangbiakan dapat terjadi.
Pubertas tidak menandakan kapasitas reproduksi yang normal dan sempurna, yang masih akan tercapai kemudian.
Pada hewan jantan, pubertas ditandai
oleh kesanggupannya berkopulasi dan menghasilkan sperma di samping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain. Pada hewan
betina pubertas dicerminkan oleh terjadinya estrus dan ovulasi.
Sebelum pubertas, saluran
reproduksi betina dan ovarium perlahan-lahan bertambah dalam ukuran dan tidak
memperlihatkan aktivitas fungsional.
Pertumbuhan yang lambat ini sejajar dengan pertambahan berat badan sewaktu hewan berangsur dewasa. Apabila suatu umur atau
berat badan tertentu telah dicapai estrus dan ovulasi pertama terjadi walaupun dalam beberapa kasus ovulasi pertama
mungkin tidak disertai oleh estrus. Estrus dan ovulasi pertama disertai
oleh kenaikan ukuran dan berat organ
reproduksi secara cepat.
Homon dan Pubertas
Pertumbuhan dan perkembangan
organ-organ
kelamin betina sewaktu pubertas
dipengaruhi oleh hormon-hormon gonadotropin dan hormon-hormon gonadal.
Pelepasan FSH ke aliran darah menjelang
pubertas menyebabkan pertumbuhan folikel-folikel pada ovarium. Sewaktu folikel-folikel tersebut bertumbuh dan menjadi matang, berat ovarium meninggi dan estrogen
disekresikan di dalam ovarium untuk dilepaskan ke dalam aliran darah.
Estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
saluran kelamin betina. Apabila folikel-folikel menjadi matang, ova dilepaskan
(ovulasi) dan turun ke dalam tuba Fallopii.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa
permulaan pubertas pada hewan betina disebabkan oleh pelepasan tiba-tiba hormon
gonadotropin dari kelenjar adenohypophysa ke dalam saluran darah dan bukan
karena dimulainya secara tiba-tiba
produksi hormon-hormon tersebut. Penentuan
hormon menunjukkan bahwa kelenjar adenohypophysa pada hewan betina yang belum dewasa kelamin mengandung
hormon-hormon gonadotropin dalam jumlah yang relatif besar namun tidak
menyebabkan terjadinya pubertas pada umur
muda tersebut.
Umur dan Berat
Badan pada Pubertas
Terjadinya estrus pertama pada hewan betina muda sangat menyolok karena timbul secara
tiba-tiba. Tampak seolah-olah suatu thermostat
fisiologik telah disentakkan untuk menimbulkan aktivitas reproduksi.
Hal ini berarti bahwa
timbulnya pubertas mungkin berhubungan melalui beberapa jalan dengan suatu perubahan keseimbangan antara
pengeluaran gonadotropin dan hormon pertumbuhan oleh kelenjar adenohypophysa.
Hewan-hewan betina muda tidak boleh dikawinkan
sampai pertumbuhan badannya memungkinkan suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan menurut ukuran dan berat
bukan menurut umur.
Olds dan Seath
(1954) menyarankan bahwa sapi-sapi dara Holstein dan Brown Swiss dikawinkan sesudah mencapai berat kira-kira
340 kg, Airshire 295 kg, Guernsey 250
kg dan Jersey 227 kg.
Ukuran berat tersebut
tercapai pada
umur 10 sampai 25 bulan tergantung dari tingkatan makanan dan manajemen. Pertumbuhan pubertal yang cepat pada sapi-sapi
dara Holstein
dimulai selama bulan ketujuh sesudah lahir. Menjelang bulan kesepuluh pertumbuhan cepat saluran kelamin
terhenti dan pertumbuhan. umum mulai melambat (Desjardins & Hafs, 1969).
Dengan makanan dan manajemen yang
baik seekor sapi dara dapat dikawinkan pada umur 10 sampai 15 bulan, dan kuda pada umur 2 tahun.
Pada ternak betina pubertas
mulai timbul pada umur-umur:
Sapi, bangsa Eropah - 6 sampai 18 bulan
Sapi, Brahman dan Zebu - 12 sampai 30 bulan
Domba - 6 sampai 12 bulan
Sesudah perkawinan ternak
dara tingkatan makanan selama kebuntingan pertama harus cukup untuk kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangannya
agar supaya menjelang waktu partus tidak terjadi komplikasi-komplikasi seperti distokia.
Faktor faktor yang Mempengaruhi Pubertas
Karena pubertas dikontrol
oleh mekanisme-mekanisme fisiologik tertentu yang melibatkan gonad dan kelenjar
adenohypophysa, maka pubertas tidak luput dari pengaruh faktor
herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut.
Musim.
Domba-domba di negeri
beriklim sedang adalah ternak yang kawin bermusim dengan estrus pada betina dewasa hanya
terjadi pada akhir musim panas atau permulaan musim gugur.Domba-domba muda yang mungkin sudah cukup umur dan
cukup berat badannya
secara fisiologik telah mencapai pubertas beberapa minggu atau bulan sebelum musin kawin
tetapi tidak memperlihatkan tanda-tanda luar pubertas sampai tiba musim kawin. Namun
demikian, waktu lahir tidak mempengaruhi umur pubertas pada domba-domba betina muda.
Suhu.
Pengaruh suhu lingkungan
yang konstan terhadap timbulnya pubertas
pada sapi-sapi dara Brahman (Zebu). Santa Gertrudis dan Shorthorn telah dipelajari oleh Dale et al. (1959). Pada sapi-sapi dara yang dikandangkan pada 80OF (28,90C) pubertas dicapai rata-rata pada umur 398 hari dibandingkan dengan 300 hari pada 5OOF (100C). Pada sapi-sapi dara yang ditempatkan di kandang terbuka dan
berhubungan dengan kondisi udara luar, pubertas dicapai pada umur 320 hari.
Makanan.
Makanan yang cukup perlu
untuk fungsi endokrin yang normal. Tingkatan makanan tampaknya mempengaruhi sintesa
maupun pelepasan hormon dari
kelenjar-kelenjar endokrin. Pertumbuhan dan perkembangan
organ reproduksi hewan betina muda dihambat oleh kekurangan makanan
tanpa membedakan apakah karena tingkatan rendah
enersi, protein, mineral atau vitamin.
Akan tetapi berat hidup
hanyalah salah
satu dari faktor-faktor penentu umur pubertas. Apapun yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan, apakah itu
penyakit, kekurangan makanan atau faktor-faktor lain, akan memperlambat
timbulnya pubertas.
Kelambatan timbulnya pubertas
karena kekurangan makanan mungkin disebabkan oleh kadar rendah gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar adenohypophysa,
kurang respons ovaria, atau mungkin karena kegagalan ovaria untuk menghasilkan
jumlah estrogen yang cukup. Kurang
jelas apakah salah satu atau semua mekanisme tersebut terlihat.
Faktor faktor Genetik.
Faktor-faktor genetik yang
mempengaruhi umur pubertas dicerminkan oleh perbedaan-perbedaan antar bangsa,
strain, kelompok pejantan dan oleh persilangan dan inbreeding. Beberapa
bangsa sapi perah mencapai pubertas sebelum bangsa-bangsa sapi potong.
Pengaruh-pengaruh genetik pada
ternak mamalia betina, terutama pada inbreeding dan crossbreeding, menunjukkan bahwa
gene-gene yang mempengaruhi
pubertas sebagian besar bersifat non additive. Oleh karena itu, seleksi untuk umur
pubertas yang lebih muda di dalam suatu bangsa atau jenis hewan relatif akan tidak efektif.
Musim kawin (Breeding
Season)
Kebanyakan jenis hewan liar
mempunyai musim kawin tertentu, yaitu pada waktu di mana kondisi-kondisi lingkungan yang
baik memungkinkan
kehidupan anak secara optimum. Apabila kebuntingan berlangsung 5 bulan, maka
musim kawin dimulai pada musim gugur supaya anaknya akan lahir pada musim semi. Apabila lama
kebuntingan 9
bulan, maka puncak musim kawin adalah pada awal musim panas, juga supaya anaknya lahir
pada musim semi. Jadi, anaknya akan lahir pada waktu persediaan makanan cukup bagi induk untuk menghasilkan susu, dan suhu serta kondisi-kondisi iklim lainnya
optimum untuk kehidupan dan pertumbuhan anak.
Seleksi di antara hewan-hewan
liar terhadap hewan-hewan kawin bermusim telah pula berlaku terhadap variasi bermusim
dalam sekresi den
pelepasan hormon terutama gonadotropin dari adenohypophysa. Gene dan hormon mempunyai
hubungan satu dengan yang lain karena diketahui bahwa pada ternak dan hewan-hewan percobaan
gene bertanggungjawab
untuk produksi dan/atau pelepasan gonadotropin dan hormon-hormon adenohypophysa lainnya ke dalam aliran
darah.
Di antara ternak mamalia hanya domba yang
digolongkan sebagai ternak kawin-bermusim (seasonal breeders). Aktivitas seksual domba bervariasi dari
manifestasi estrus hanya pada periode singkat dalam satu tahun untuk bangsa domba di negeri-negeri dingin
sampai musim kawin sepanjang tahun
pada bangsa-bangsa domba di daerah tropis dan subtropis. Sapi dan babi
adalah pekawin terus-menerus (continuous
breeders) sepanjang tahun. Akan tetapi, ada beberapa
indikasi, terutama pada kuda betina,
bahwa betina-betina pekawin terus-menerus memperlihatkan kesediaan kawin yang lebih nyata pada musim kawin species primitif
tersebut.
Faktor faktor yang Mempengaruhi
Musim Kawin
Lamanya
slang hari (photo-period). Marshall
(1937) merupakan orang pertama yang menyelidiki bahwa suatu faktor luar
tertentu ber tanggungjawab untuk pembatasan musim kawin pada domba. Ia mengobservasi bahwa apabila domba-domba betina
dipindahkan melewati khatulistiwa dari belahan bumi Utara ke belahan
bumi Selatan, domba domba tersebut
segera merubah musim kelaminnya sesuai dengan
lingkungan yang baru. Beberapa betina mengalami perubahan radikal dan segera, betina-betina lain masih
mempertahankan ritme siklusnya yang lama untuk satu atau dua tahun
menurut musim kawin di negeri asalnya, tetapi
akhirnya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi, beberapa betina lain tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru
dan tidak terpengaruh oleh rangsangan-rangsangan
luar yang secara normal menyebabkan timbulnya musim kawin. Sebagai akibatnya, betina-betina tersebut tidak pernah berproduksi pada lingkungannya yang baru.
Lamanya siang hari bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
periodisitas kegiatan reproduksi. Lama penyinaran secara buatanpun ikut berpengaruh. Dengan menambah
lamanya penyinaran secara buatan di
musim dingin dan menguranginya selama musim
panas, maka musim reproduksi dapat berbalik terjadi pada musim
semi dan musim panas (Yeates, 1949). Apabila domba-domba betina diberi
penyinaran secara buatan 6 jam sehari selama 3 tahun, periode anestrus masih tetap berlangsung dari April sampai Juli dengan
puncak aktivitas seksual umumnya berlangsung dari Oktober sampai Januari
(Clegg et
al., 1965). Akan tetapi periode
aktivitas reproduksi cenderung untuk
diperpanjang, dan periode anestrus
diperpendek. Apabila domba-domba
betina bangsa Ile-de-France ditempatkan
di dalam suatu ruangan dengan
penerangan terus-menerus sepanjang tahun, kegiatan reproduksi akan berlangsung
seperti biasa pada musimnya yang
normal (Thibault et al., 1966). Satu-satunya perbedaan yang terlihat adalah tendensi
pemendekan musim reproduksi. Hasil
penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa
suatu ritme biologik internal,
di samping pemendekan siang hari, nampaknya ikut mempengaruhi kegiatan reproduksi dan timbulnya musim kawin
pada domba.
Suhu.
Pengaruh suhu adalah sekunder
terhadap pengaruh lamanya siang hari
atau lamanya penyinaran. Seleksi alamiah selama periode banyak generasi akan lebih efektif terhadap respons
lamanya siang hari daripada respons terhadap perubahan-perubahan suhu.
Faktor faktor lain.
Timbulnya musim reproduksi
pada domba-domba betina yang sama
sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor lingkungan tertentu selain daripada lamanya siang hari dan suhu
mungkin ikut pula terlibat.
Rangsangan-rangsangan
psikologik dapat pula mempengaruhi timbulnya musim reproduksi pada domba. Telah ditemukan bahwa
terjadinya musim reproduksi dapat dipercepat beberapa hari dengan menempatkan domba-domba
betina bersama domba-domba jantan sebelum
datangnya musim
tersebut. Kemungkinan
perangsangan tersebut menyerentakkan
estrus dan ovulasi. Telah diketahui bahwa ovulasi pertama pada permulaan musim reproduksi
biasanya tidak disertai oleh estrus.
Mekanisme
Hormonal.
Pengendalian reproduksi pada
ternak-ternak yang kawin bermusim sebagian besar
tergantung pada hypothalamus. Hypothalamus
menjalankan pengaruhnya melalui sel-sel syaraf yang menyebabkan pengeluaran faktor-faktor
pelepas (releasing factors) ke dalam peredaran darah menuju
ke kelenjar adenohypophysa. Faktor-faktor pelepas ini mengatur kadar pelepasan gonadotropin ke dalam aliran darah dan
secara langsung mempengaruhi produksi ova dan hormon-hormon kelamin betina oleh ovarium.
Kebanyakan hormon-hormon kelamin akan
menghambat aktivitas hypothalamus (feed back
Fase-fase
siklus berahi
Sekali pubertas telah tercapai dan musim
reproduksi telah dimulai, estrus terjadi
pada hewan betina-tidak-bunting menurut suatu siklus ritmik yang khas. Interval
antara timbulnya satu periode berahi ke permualan periode berahi berikutnya dikenal sebagai suatu siklus
berahi. Interval-interval ini
disertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina
Walaupun setiap species
mempunyai ciri-ciri khas dari pola siklus berahinya, namun pada dasarnya adalah sama. Siklus berahi umumnya dibagi atas 4 fase atau periode yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus.
Beberapa penulis memilih pembagian siklus berahi atas dua fase, fase folikuler
atau estrogenik yang meliputi
proestrus dan estrus, dan fase. luteal atau progestational yang terdiri dari metestrus dan diestrus.
Proestrus adalah
fase sebelum estrus yaitu periode di mana folikel de Graaf bertumbuh di bawah
pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. Sistem reproduksi
memulai persiapan-persiapan
untuk pelepasan ovum dari ovarium. Folikel, atau folikel-folikel, tergantung pada species, mengembang
dan diisi dengan cairan folikuler. Setiap folikel bertumbuh cepat selama 2 atau 3 hari sebelum estrus. Pada periode
ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel-sel dan lapisan bercilia pada tuba Fallopii,
dalam vaskularisasi
mucosa uteri, dan dalam tebal dan vaskularisasi epithel vagina, dan kornifikasi
terjadi pada beberapa species seperti anjing dan kucing.
Pada periode ini, sekresi
estrogen ke dalam urine meninggi dan
mulai terjadi penurunan konsentrasi progesteron di dalam darah. Corpus luteum dari periode terdahulu
mengalami vakuolisasi degenerasi dan
pengecilan secara cepat. Peningkatan menyolok pertumbuhan tenunan-tenunan epithel, aktivitas muskulatur
saluran reproduksi, sekresi mucus, dan
vaskularisasi endometrium dan mucosa vagina dikenal sebagai periode
pembangunan. Perubahan-perubahan ke arah
pembangunan ini disebabkan oleh sekresi estradiol yang makin meninggi. Pada akhir periode proestrus hewan betina
biasanya memperlihatkan perhatiannya
pada hewan jantan.
Estrus adalah periode yang ditandai
oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini umumnya hewan betina akan mencari dan
menerima pejantan untuk berkopulasi. Folikel de Graaf membesar dan menjadi matang. Ovum
mengalami perubahan-perubahan
ke arah pematangan. Estradiol dari folikel de Graaf yang matang menyebabkan perubahan-perubahan
pada saluran reproduksi
tubuler yang maksimal pada fase ini. Tuba Fallopii menegang, epithel menjadi
matang, dan cilia aktif; terjadi kontraksi tuba Fallopii dan ujung tuba yang berfimbria
merapat ke follikel de Graaf. Sekresi cairan tuba bertambah. Uterus berereksi, tegang, dan pada beberapa species
oedamatous. Suplai darah ke uterus bertambah; mucosa tumbuh dengan cepat, dan lendir disekresikan.
Lendir cervix dan
vagina bertambah. Mucosa berwarna merah jambu dan terjadi kongesti karena vaskularisasi
yang bertambah. Cervix mengendor dan agak oedematous. Mucosa vagina sangat menebal dan pada
beberapa species banyak sel-sel epithel berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor
dan oedematous
pada semua species, tetapi sangat jelas pada babi. Pada sapi seutas tall lendir
menggantung dari vulva. Menjelang akhir estrus mungkin terdapat kenaikan jumlah leucocyte yang
berpindah ke dalam lumen uterus. Pada kebanyakan species ovulasi terjadi menjelang akhir periode estrus. Penerimaan terhadap pejantan selama
estrus disebabkan oleh pengaruh estradiol
pada sistem syaraf pusat, yang menghasilkan pola-pola kelakuan yang khas bags receptivitas pada berbagai hewan betina. Kelakuan kelamin jantan atau betina tidak
khas bagi satu jenis kelamin dan pada kondisi-kondisi tertentu setup jenis
kelamin dapat memperlihatkan kelakuan kelamin lainnya.
Metestrus atau postestrus adalah periode segera sesudah estrus di mana corpus luteum bertumbuh cepat dari sel-sel
granulosa folikel yang telah pecah di
bawah pengaruh LH dari adenohypophysa. Matestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi
FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat pembentukan folikel de Graaf
yang lain dan mencegah terjadinya estrus.
Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan seperlunya untuk menerima dan memberi makan pada embrio. Pada sapi, selama
bagian permulaan metestrus,
epithelium pada carunculae uterus sangat hiperaemis dan terjadii haemorrhagia kapiler. Hal ini disebut pendarahan metestrus atau pendarahan
postestrus atau "menstruasi". Pendaharan metestrus tidak sama dengan menstruasi pada primata (manusia dan
kera) yang terjadi sewaktu
mengurangnya progesteron dan disebabkan oleh tanggalnya lapisan-lapisan superfisial endometrium. Pada sapi, pendarahan matestrus berhubungan dengan mengurangnya estrogen. Sekresi mucus menurun dan kelenjar-kelenjar pada endometrium
bertumbuh dengan cepat. Menjelang
pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot uterus. Pada
anjing, kucing dan kelinci periode
ini meliputi pula periode kebuntingan semu (pseudopregnancy). Pada sapi, domba, babi dan kuda, lamanya metestrus
kurang lebih sama dengan waktu yang
diperlukan ova untuk mencapai uterus yaitu
kia-kira 3 sampai 4 hari. Pada anjing dan kucing, periode kebuntingan semu dapat berlangsung masing-masing 50
sampai 60 hari dan 30 sampai 40 hari. Apabila kebuntingan tidak terjadi,
uterus dan saluran reproduksi selebihnya
beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang sama sebelum proestrus, disebut
diestrus.
Diestrus adalah periode terakhir dan
terlama siklus berahi pada ternak-ternak mamalia. Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progestron
terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium lebih menebal dan
kelenjar-kelenjar berhypertrophy. Cervix menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput
mucosa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini corpus luteum memperlihatkan
perubahan-perubahan retrogresif dan vacuolisasi secara gradual. Endometrium dan
kelenjar-kelenjarnya beratrophy atau beregresi ke ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan
folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus.
Pada beberapa species yang bukan polyestrous,
dapat terjadi anestrus.
Anestrus yang fisiologik umumnya
ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus normal akan diikutl oleh proestrus. Di negeri-negeri yang
mempunyai 4 musim, anestrus fisiologik dapat diobservasi pada kuda
selama musim dingin dan pada domba selama musim semi dan musim panas. Pada
anjing dan kucing suatu periode
anestrus fisiologik yang berlangsung beberapa bulan dan dapat terjadi
dua atau tiga kali setahun. Oleh karena itu dipakai
istilah anestrus untuk membedakannya dari diestrus, yang berlangsung hanya sekitar seminggu dan pada sapi, babi,
dan hewanhewan ployestrous lainnya
ditandai oleh corpus luteum yang matang. Selama anestrus uterus kecil dan mengendor, dan lendir vagina jarang dan lengket. Mucosa vagina dan cervix pucat,
cervix-pun pucat dan tertutup rapat.
Beberapa aktivitas folikuler dan pada ovarium
dapat berkembang tetapi pematangan folikel dan ovulasi jarang terjadi selama periode anestrus.
kalau sapi gk berahi sudah umur 5 tahun kenapa..........
ReplyDeletemungkin karena beerapa faktor,
Delete1. faktor genetik ( kelainan)
2. faktor lingkungan( pakan , suhu, dan menajemen lainnya.
3. mungkin juga karena silent heat ( birahi diam)
mungkin itu saja mas,
sapi dara jika ingin di kawinkan/IB kan harus dewasa kelamin dan dewasa tubuh .. mengapa seperti itu teh coba jelaskan? jika hanya dewasa kelamin saja tetapi tidak dewasa tubuh apa yg akan terjadi ? dan jika hanya dewasa tubuh tetapi tidak dewasa kelamin apa juga yg akan terjadi? terimakasih
ReplyDeletekalau IB memang harus dewasa tubuh dan dewasa kelamin,
Deletekenapa harus dewasa kelamin ? karena apabila tidak dewasa kelamin berarti organ reproduksinya belum berfungsi,
kenapa harus dewasa tubuh ? karena apabila tubuhnya belum dewasa,( bobot badan) beraarti dia harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk tubuhnya, dan apabila bobot badannya belum terpenuhi, induknya tidak akan bisa menopang anaknya.
kesimpulannya, apabila tidak dewasa kelamin maka anaknya nanti tidaak mendapat nutrisi yang baik nantinya dari induk saat di kandungan.
mungkin itu saja mbak
nah, bagaimana juga dengan sapi yang tidak birahi-birahi?
ReplyDeletemungkin ada kelainan mbak,, atau silent heat
Deleteterimakasih untuk blog ny sangat bermanfaat mbak :)
ReplyDeleteCara mengobati sapi yang terkena delay puberty gimana ya
ReplyDelete